Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah


Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangannya, seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 – 5 tahun adalah sebagai berikut:
  1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum
  2. Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh
  3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
  4. Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat
  5. Mengembangkakn keterampilan-keterampilan dasar untuk  membaca, menulis, dan berhitung
  6. Mengembangkkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
  7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai
  8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga
  9. Mencapai kebebasan pribadi
Pertumbuhan Fisik
Penampilan maupun gerak gerik anak usia prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya. a) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak. c) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit, seperti mengikat tali sepatu. d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna. e) Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft).
Perkembangan Motorik
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.
Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda mati sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut meyakininya.
Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.
Perkembangan Emosi
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya.
Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah :
a)      Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah
sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b)      Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian
guru.(Ananda 2010).
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat.
Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin. Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan curhat.
Ciri Sosial Ciri Anak Prasekolah atau TK  
    a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat
        berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau
        bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya,   
        tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
    b) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena
         kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
    c) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
        Parten (1932) dalam social participation among preschool children melalui
        pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan
        beberapa tingkah laku sosial:
            a) Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin
                 berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan  
                 apapun.
            b) Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan,
                 berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka
                 berusaha untuk tidak saling berbicara.
            c) Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati.   
                 Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak
                 berusaha untuk bermain bersama.
            d) Bermain pararel. Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak
                 sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan
                 yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
            e) Bermain.asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada
                 peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
            f) Bermain Kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada
                pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan,
                 misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
Perkembangan Moral
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak usia prasekolah masuk ke dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai bagian dari kelompok, anak prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan tersebut.
Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah sebabnya, orang-orang dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk, semisal bicara kasar, memukul, mencela, dan lain-lainnya di depan anak.
Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik, terutama dengan teman sebaya. Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik merupakan modal yang harus dimiliki anak. Semakin baik kemampuannya dalam hal ini, maka kepribadiannya akan semakin stabil. Anak yang pandai mengatasi konflik umumnya akan mudah pula mengatasi masalah dalam hidupnya, entah di sekolah, di rumah, ataupun kelak di tempat bekerja.
Perkembangan Kognitif
Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK:
 a) Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang    
     berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk
     berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
 b) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi
     dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan  
     cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara
     sebagai berikut:
       a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
       b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
       c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam  
           banyak hal.
       d) Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara  
           mandiri.
       e) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah
           laku.
       f) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
       g) Kagumilah apa yang dilakukan anak. h) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan
           anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Keterampilan Gender
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang dilihat dari penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang berbeda. Beberapa anak juga mulai memahami organ-organ tubuh yang berbeda pada pria dan wanita karena orang tua mereka mulai memperkenalkannya, entah lewat pengamatan langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak semua anak di usia ini punya keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim karena beberapa orang tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak mereka di usia prasekolah.  (Santi Hartono, 2010)
Stimulasi Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi (Kania 2010).
Stimulasi yang diperlukan anak usia 4-5 tahun adalah :
  1. Gerakan kasar, dilakukan dengan member kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan
  2. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar menggambar
  3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue
  4. Bergaul dan mandiri dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga. (Suherman, 2000)


0 komentar:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "